Sejarah Seni Visual Yang Ada di Indonesia

Sejarah Seni Visual Yang Ada di Indonesia – Seni visual merupakan cabang seni yang memiliki sejarah yang panjang. Awalnya, diketahui bahwa nenek moyang manusia telah meninggalkan jejak pada dinding-dinding gua sebagai penggambaran bagian-bagian penting kehidupan.

Keterkaitannya dengan sejarah seni visual Indonesia, dapat dilihat pada gambar cap-cap tangan yang ditemukan di Goa Leang-Leang Maros (Sulawesi Selatan). Lukisan pada goa tersebut diperkirakan sudah berumur 4.000 tahun.

Sejarah Seni Visual di Indonesia

Di goa tersebut, selain cap-cap tangan objek seni visual yang sering dihadirkan adalah manusia dan binatang. Tidak terkecuali objek-objek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Tentunya bentuk yang di gambar tak selalu mirip dengan aslinya.

Mungkin benar jika dikatakan bahwa seni sama tuanya dengan kehidupan manusia. Pada mulanya kebutuhan manusia terhadap seni adalah sebagai sarana mencari kekuatan di luar diri manusia yang bersifat magis, sakral dan religius. joker388

Periode Seni Visual Indonesia Prasejarah

Pada zaman prasejarah, zaman ketika masih tidak diketahuinya sumber ataupun dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia, cikal bakal kebudayaan Indonesia teramat erat kaitannya dengan Bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda. https://pafikebasen.org/

Pada waktu itu budaya hadir dan dikaitkan dengan sistem kepercayaan masa itu, yakni Animisme dan Dinamisme. Adapun kesenian tercipta adalah sebagai media upacara yang bersifat simbolisme.

Karya seni visual prasejarah mulai tampak tanda-tandanya pada seni bangunan dan seni lukis di zaman Mesolitikum atau Zaman Batu Madya. Zaman tersebut menjadi periode perkembangan teknologi manusia.

Sedangkan, antara Paleolitik atau Zaman Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda, manusia telah memiliki tempat tinggal. Di Indonesia sendiri bisa dilihat jejaknya di goa-goa di Sulawesi Selatan dan Irian Jaya. Disana manusia Indonesia telah meninggalkan jejak pada dinding-dinding goa berupa gambar dan cap-cap tangan mereka.

Pada Zaman Neolitikum bisa dilihat karya seni visual patung penggambaran leluhur yang dibuat dari batu dan kayu. Kemudian pada zaman Megalitikum manusia telah banyak menciptakan bangunan-bangunan dari batu yang berukuran besar untuk kegiatan upacara agama, seperti punden, dolmen, sarkofag, meja batu dll.

Periode Seni Visual Indonesia Klasik

Zaman Klasik dibagi menjadi dua yaitu Klasik Tua (Abad ke 8-10M) dan Klasik Muda (Abad 11-15M). Zaman klasik adalah zaman dimana masyarakatnya telah menghasilkan tonggak-toggak peradaban pertama sebagai dasar perkembangan peradaban selanjutnya.

Di zaman ini pula terdapat banyak kaidah, aturan, konsep atau norma budaya yang berkembang dan tetap digunakan hingga sekarang. Periode perkembangan agama Hindu-Budha di Nusantara adalah periode yang dinamakan dengan Zaman Klasik Indonesia

Seni visual pada zaman ini, berawal saat masuknya pengaruh Hindu-Saiwa dan Budha Mahayana ke dalam masyarakat Jawa kuno. Seiring perkembangan kedua agama yang berasal dari India tersebut menghasilkan berbagai bentuk kesenian.

Beberapa yang masih bertahan hingga saat ini adalah karya berupa arca, relief dan sangat terlihat dalam bidang arsitektur bangunan candi. Umumnya, candi-candi yang terdapat di Indonesia dibedakan menjadi Candi Hindu dan Candi Buddha.

Candi Hindu memiliki gaya India Selatan, contohnya adalah candi Syiwa Lara Jonggrang di Jawa Tengah. Candi tersebut menggambarkan penafsiran setempat yang terperinci tentang lokasi pemujaan agama Hindu yang menunjukkan ciri Syiwaisme.

Candi Buddha yang seperti terlihat pada bangunan candi Borobudur, tidak ada hubungan gaya dengan India. Borobudur terdiri atas sepuluh tingkat konsentris. Enam tingkat paling bawah dirancang sebuah bidang persegi, sementara empat tingkat di atasnya merupakan stupa utama berbentuk lingkaran.

Periode Seni Visual Indonesia Islam

Seni visual Islam adalah produk seni visual yang berkembang pada masa permulaan hingga akhir keemasan Islam. Rentang ini bisa didefinisikan meliputi Jazirah Arab, Afrika Utara, Timur Tengah, dan Eropa sejak mulai hadirnya Islam pada 571 M hingga kemunduran kekuasaan Turki Ottoman. Meskipun sebenarnya Islam dan keseniannya menyebar jauh lebih luas daripada itu dan masih bertahan sampai sekarang.

Seni visual Islam memiliki kekhususan dibanding dengan seni visual yang dikenal pada masa kini. Walau begitu, perannya sangat besar bagi perkembangan seni visual modern. Salah satunya antara lain munculnya unsur kontemporer (abstraksi dan filsafat keindahan), selain itu juga memberi inspirasi pengolahan kaligrafi menjadi motif hias.

Dekorasi di seni visual Islam lebih banyak menutupi sifat asli medium arsitektur dibandingkan dengan yang banyak ditemukan pada masa sekarang. Dekorasi ini dikenal dengan sebutan Arabesque.

Sejalan dengan masuknya Agama Islam ke Indonesia. Seni visual Islam berperan terhadap seni visual Indonesia, sebut saja Pahatan Kubur dan Masjid. Telah juga ditemukan beberapa makam Islam tertua menggunakan nisan bergaya islam. Batu nisan Hujarat dapat dijumpai di Samudera Pasai dan Gresik.

Arsitektur masjid Indonesia pun berbeda dengan yang ditemukan di negara Islam lainnya. Masjid lama dibangun dengan mengikuti prinsip dasar bangunan kayu, dan disertai dengan pembangunan pendopo di bagian depan. Selain itu juga memiliki atap tumpang yang memberi ventilasi, dan disangga dengan deretan tiang kayu.

Masjid-masjid tersebut terdapat di Cirebon, Banten, Demak, dan Kudus. Bagian dalamnya dihiasi pola bunga, satwa, dan bangun berulang. Letak piring-piring China, Vietnam, dan Thailand digunakan untuk menyamakan lantai berwarna yang ditemukan di masjid Timur Tengah dan Moghul, India.

Salah satu yang menjadi unsur penting dalam Seni Hias Islam adalah Kaligrafi Islam (Kaligrafi Arab). Kaligrafi Indonesia sebagian besar terpengaruh dari Seni Kaligrafi Arab.

Benda-benda upacara yang ada di istana-istana, seperti belati, tombak, pedang, dan panji-panji biasanya dihiasi dengan kaligrafi. Selain itu, hiasan kaligrafi juga nampak pada lukisan kaca dan ukiran kayu pada dinding istana. Tokoh wayang juga ada yang dihiasi oleh ragam hias kaligrafi untuk menyamarkan bentuk manusianya.

Periode Seni Visual Indonesia Modern

Seni visual Modern dapat dikatakan sebagai seni visual pembaharuan dengan hasil kreativitas sebagai upaya menciptakan karya baru yang didalamnya meliputi estetika, karakter, inovasi, dan originalitas. Terdapat beberapa periode perkembangan untuk seni visual modern di Indonesia.

Periode Perintis (1826-1880)

Dimulai oleh pelukis Raden Saleh yang merintis kelahiran seni visual modern berbekal pengalaman belajar melukis di luar negeri seperti di Belanda, Jerman dan Perancis. Sebagian besar karyanya memiliki corak romantis dan naturalis.

Periode Indonesia Jelita/Indie Mooi (1878-1900an)

Periode ini sebagian besar pelukisnya menggambarkan kemolekan dan keindahan objek alam. Ini adalah lanjutan dari periode perintis yang sempat hilang sepeninggalan Raden Saleh.

Dalam periode ini muncul seniman Abdullah Surio Subroto dan diwarisi oleh anak-anaknya, Sujono Abdullah, Basuki Abdullah dan Trijoto Abdullah. Pelukis-pelukis Indonesia yang lain diantaranya yakni Pirngadi, Henk Ngantung, Suyono, Suharyo, Wakidi, dll.

Periode Persagi (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia)

Periode masa pergolakan dan perjuangan Indonesia untuk memperoleh hak yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Pergolakan terjadi di segala bidang tidak terkecuali bidang kesenian. Dalam periode ini ada nama pelukis S. Sudjojono sebagai pelopor berdirinya PERSAGI. Persagi bertujuan untuk mengembangkan seni lukis di Indonesia dengan menggunakan corak Indonesia asli.

Sejarah Seni Visual di Indonesia

Periode Pendudukan Jepang

Kegiatan melukis pada periode ini dilakukan dalam kelompok Keimin Bunka Shidoso. Bertujuan untuk propaganda pembentukan kekaisaran Asia Timur Raya. Kelompok ini didirikan oleh tentara Dai Nippon dan diawasi oleh para seniman Indonesia, Agus Jayasuminta, Otto Jaya, Subanto, Trubus, Henk Ngantung, dll.

Untuk kelompok asli Indonesia berdiri kelompok PUTRA (Pusat Tenaga Rakyat), tokoh-tokoh yang mendirikan kelompok ini adalah tokoh empat serangkai yaitu Ir. Sukarno, Moh. Hatta, KH. Dewantara dan KH. Mas Mansyur.

Khusus yang menangani bidang seni lukis adalah S. Sudjojono dan Affandi. Pelukis yang ikut bergabung dalam PUTRA adalah Hendra Gunawan, Sudarso, Barli, Wahdi, dll. Pada masa ini para seniman berkesempatan untuk melakukan pameran, misalnya pameran karya dari Basuki Abdullah, Affandi, Nyoman Ngedon, Hendra Gunawan, Henk Ngantung, Otto Jaya, dll.

Periode Akademi (1950)

Pengembangan seni visual melalui pendidikan formal. Lembaga pendidikan yang bernama ASRI yang berdiri tahun 1948. Kemudian secara formal tahun 1950 lembaga tersebut mulai membuat rumusan-rumusan untuk melahirkan seniman-seniman dan calon guru gambar. Pada tahun 1959 di Bandung dibuka jurusan seni rupa ITB, selanjutnya dibuka jurusan seni rupa di semua IKIP di seluruh Indonesia.

Periode Seni Visual Baru

Pada sekitar tahun 1974 lahir kelompok baru dalam seni lukis. Kelompok ini menampilkan corak baru dalam seni lukis Indonesia yang membebaskan diri dari batasan-batasan yang sudah ada.

Konsep kelompok ini adalah tidak membedakan disiplin seni dan menghilangkan sikap seseorang dalam mengkhususkan pembuatan karya seni. Mereka mengharapkan kreatifitas baru dan membebaskan diri dari batasan-batasan yang sudah ada serta lebih eksperimental.

Seiring perkembangannya, seperti kesenian yang lain, seni visual khususnya seni visual Indonesia tetap hidup dan berkembang sesuai dengan dinamikanya sendiri. Seni visual bermanfaat sebagai sarana kreatifitas dan komunikasi, dan sampai saat ini peranannya telah merasuk ke dalam berbagai segi kehidupan manusia.

Read Full Article